NHernika

6/recent/ticker-posts

Téh NH Ngeblog

Téh NH Ngeblog (Diajar Nyerat, Nyaliksik Diri, Ngéjah Badan)

 

BDR DAN SYARAT MENUNTUT ILMU

Oleh : Nenden Hernika

Hari ini, Sabtu 22 Agustus 2020, saya kembali mengundang wali murid kelas tiga untuk menyerahkan modul BDR tema 2 sekaligus mereka mengumpulkan modul BDR tema 1. Ya, sebulan lebih anak-anak belajar dari rumah menggunakan modul, mengingat pembelajaran tatap muka belum bisa dilaksanakan.

Sebelumnya, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh kami laksanakan dengan cara video call. Banyak sebenarnya pilihan yang bisa dilaksanakan misal dengan google class room, Google meet, aplikasi zoom, webex, dan sebagainya. Namun menging
at video call dirasa lebih efektif karena anak dibimbing langsung satu persatu oleh guru, maka kami memilih pembelajaran memalui video call meski kelemahannya adalah kendala sinyal dan boros kuota. Namun demi berlangsungnya pembelajaran yang baik agar anak-anak lebih semangat belajar, maka kami tetap melaksanakan video call yang dijadwal satu minggu satu kali untuk setiap anak.

Dalam kesempatan tersebut, saya memberi kesempatan kepada orang tua, kendala apa saja yang dialami selama membimbing anak-anak belajar di rumah. Jawabannya nyaris sama, susah mengendalikan anak-anak, tidak nurut, bangun siang, belajar tidak tentu, bahkan ada orang tua yang jujur mengakui “saya buta huruf, Bu, jangankan membimbing anak belajar, membaca saja saya tidak bisa.” Ada lagi yang mengakui tidak punya HP, ada yang punya HP namun berebut dipakai oleh orang tua yang kebetulan bekerja, dan anak malu mengikuti vicol bersama teman-temannya.

Kendala seperti disebutkan di atas pastinya ditemui juga oleh banyak orang tua selama BDR. Mereka umumnya sangat menginginkan agar anak-anak kembali belajar tatap muka di sekolah. “Bagaimanapun anak-anak lebih senang belajar bersama guru, Bu, anak-anak lebih mengerti dan nurut ketimbang belajar bersama orang tua,” demikian kata mamah Nita, salah seorang wali murid.

Usai pertemuan yang hanya kurang lebih satu jam, saya jadi termenung, teringat kata-kata guru saya waktu sekolah dulu, bahwa syarat menuntut ilmu menurut Imam Syafii itu ada 6 perkara, pertama adalah kesabaran, kedua kecerdasan, ketiga kemauan atau semangat, keempat bimbingan atau petunjuk dari guru, kelima biaya dan yang keenam adalah waktu atau tempo.  Berikut penjelasan dari keenam syarat tersebut :

Pertama, Kesabaran, seseorang yang tidak sabar ketika menuntut ilmu, tentunya akan sulit mencapai hasil yang diharapkan. Kesabaran diperlukan dari dua belah pihak baik itu dari si penuntut ilmu maupun dari pemberi ilmu.

Kedua kecerdasan. Ada dua macam kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu kecerdasan bawaan yang merupakan anugrah dari Allah, dan kecerdasan yang diperoleh lewat usaha belajar dengan banyak membaca, mencatat, berlatih, menyimak, berdiskusi, atau mengulang materi yang didapat.

Ketiga Kemauan atau Semangat, seseorang yang memiliki semangat yang tinggi ketika menuntut ilmu, meski tidak memiliki kecerdasan alami, tapi akan mendapatkan hasil yang luar biasa ketimbang memiliki kecerdasan alami tapi tidak semangat dan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Untuk itu hendaknya anak-anak selalu diberi support agar semangatnya tidak melempem. Meskipun kini dilaksanakan dengan cara BDR, semangat untuk belajar agar terus dimiliki. Salah satu pemberian semangat adalah dengan memberikan pujian, harapan dan bahkan hadiah.

Keempat Bimbingan atau petunjuk dari Guru. Bagaimanapun, kehadiran guru saat anak menuntut ilmu sangat diperlukan. Keberadaan guru akan mengingatkan kita jika apa yang kita lakukan salah. Meskipun saat ini ada google sebagai mesin cerdas pemberi informasi, sentuhan guru untuk anak-anak yang menimba ilmu sangatlah penting. Maka tidaklah heran jika ada kalimat, “Guru Ratu Wong atua Karo”. Guru benar-benar harus digugu dan dimuliakan, ada berkah yang diberikan saat anak sedang berhadapan langsung dengan guru.

Kelima, Biaya. Pepatah Jawa mengatakan Jer Basuki Mowo Beo, artinya untuk mencapai keberhasilan pasti memerlukan biaya. Demikian juga dalam menuntut ilmu. Jangan pernah sekali-kali mengharapkan gratis ketika kita menuntut ilmu. Berbagai cara ulama zaman dahulu berupaya mengeluarkan harta untuk menimba ilmu, diantaranya ada yang menjual baju, ada yang menjual kayu. Jadi jangan pernah mengeluh jika anak kita menuntut ilmu mengeluarkan biaya sekedar untuk membeli buku atau kuota, Insya Allah akan ada keberkahan yang diterima anak kita.

Terakhir adalah waktu yang lama. Tidak ada anak yang lahir langsung cerdas dan langsung menjadi orang sukses. Perlu proses yang lama untuk memperoleh apa yang diinginkan. Tidak bisa sim salabim jadi dokter atau insinyur, tapi semua butuh waktu agar bisa menggapai cita.   

So, bersabarlah dalam menimba ilmu, hormati terus guru! Meski sekarang sedang berlangsung BDR, namun keenam syarat tersebut hendaknya bisa dilaksanakan dengan baik dan istikomah, Insya Allah, sukses dunia akherat.

 

Bojongmangu, 22 Agustus 2020

Posting Komentar

0 Komentar