BDR DAN SYARAT MENUNTUT ILMU
Oleh : Nenden Hernika
Sebelumnya, pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh kami laksanakan dengan cara video call. Banyak
sebenarnya pilihan yang bisa dilaksanakan misal dengan google class room, Google
meet, aplikasi zoom, webex, dan sebagainya. Namun menging
at video call dirasa
lebih efektif karena anak dibimbing langsung satu persatu oleh guru, maka kami
memilih pembelajaran memalui video call meski kelemahannya adalah kendala
sinyal dan boros kuota. Namun demi berlangsungnya pembelajaran yang baik agar
anak-anak lebih semangat belajar, maka kami tetap melaksanakan video call yang
dijadwal satu minggu satu kali untuk setiap anak.
Dalam kesempatan tersebut, saya memberi
kesempatan kepada orang tua, kendala apa saja yang dialami selama membimbing
anak-anak belajar di rumah. Jawabannya nyaris sama, susah mengendalikan
anak-anak, tidak nurut, bangun siang, belajar tidak tentu, bahkan ada orang tua
yang jujur mengakui “saya buta huruf, Bu, jangankan membimbing anak belajar,
membaca saja saya tidak bisa.” Ada lagi yang mengakui tidak punya HP, ada yang
punya HP namun berebut dipakai oleh orang tua yang kebetulan bekerja, dan anak
malu mengikuti vicol bersama teman-temannya.
Kendala seperti disebutkan di atas
pastinya ditemui juga oleh banyak orang tua selama BDR. Mereka umumnya sangat
menginginkan agar anak-anak kembali belajar tatap muka di sekolah. “Bagaimanapun
anak-anak lebih senang belajar bersama guru, Bu, anak-anak lebih mengerti dan
nurut ketimbang belajar bersama orang tua,” demikian kata mamah Nita, salah
seorang wali murid.
Usai pertemuan yang hanya kurang
lebih satu jam, saya jadi termenung, teringat kata-kata guru saya waktu sekolah
dulu, bahwa syarat menuntut ilmu menurut Imam Syafii itu ada 6 perkara, pertama
adalah kesabaran, kedua kecerdasan, ketiga kemauan atau semangat, keempat
bimbingan atau petunjuk dari guru, kelima biaya dan yang keenam adalah waktu
atau tempo. Berikut penjelasan dari
keenam syarat tersebut :
Pertama, Kesabaran, seseorang yang tidak sabar ketika menuntut
ilmu, tentunya akan sulit mencapai hasil yang diharapkan. Kesabaran diperlukan
dari dua belah pihak baik itu dari si penuntut ilmu maupun dari pemberi ilmu.
Kedua kecerdasan. Ada dua macam kecerdasan yang dimiliki manusia,
yaitu kecerdasan bawaan yang merupakan anugrah dari Allah, dan kecerdasan yang
diperoleh lewat usaha belajar dengan banyak membaca, mencatat, berlatih,
menyimak, berdiskusi, atau mengulang materi yang didapat.
Ketiga Kemauan atau Semangat, seseorang yang memiliki semangat yang
tinggi ketika menuntut ilmu, meski tidak memiliki kecerdasan alami, tapi akan
mendapatkan hasil yang luar biasa ketimbang memiliki kecerdasan alami tapi
tidak semangat dan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Untuk itu hendaknya
anak-anak selalu diberi support agar semangatnya tidak melempem. Meskipun kini
dilaksanakan dengan cara BDR, semangat untuk belajar agar terus dimiliki. Salah
satu pemberian semangat adalah dengan memberikan pujian, harapan dan bahkan
hadiah.
Keempat Bimbingan atau petunjuk dari Guru. Bagaimanapun, kehadiran
guru saat anak menuntut ilmu sangat diperlukan. Keberadaan guru akan
mengingatkan kita jika apa yang kita lakukan salah. Meskipun saat ini ada
google sebagai mesin cerdas pemberi informasi, sentuhan guru untuk anak-anak
yang menimba ilmu sangatlah penting. Maka tidaklah heran jika ada kalimat, “Guru Ratu Wong atua Karo”. Guru
benar-benar harus digugu dan dimuliakan, ada berkah yang diberikan saat anak
sedang berhadapan langsung dengan guru.
Kelima, Biaya. Pepatah Jawa mengatakan Jer Basuki Mowo Beo, artinya untuk mencapai keberhasilan pasti
memerlukan biaya. Demikian juga dalam menuntut ilmu. Jangan pernah sekali-kali
mengharapkan gratis ketika kita menuntut ilmu. Berbagai cara ulama zaman dahulu
berupaya mengeluarkan harta untuk menimba ilmu, diantaranya ada yang menjual
baju, ada yang menjual kayu. Jadi jangan pernah mengeluh jika anak kita
menuntut ilmu mengeluarkan biaya sekedar untuk membeli buku atau kuota, Insya
Allah akan ada keberkahan yang diterima anak kita.
Terakhir adalah waktu yang lama. Tidak ada anak yang lahir langsung
cerdas dan langsung menjadi orang sukses. Perlu proses yang lama untuk
memperoleh apa yang diinginkan. Tidak bisa sim salabim jadi dokter atau
insinyur, tapi semua butuh waktu agar bisa menggapai cita.
So, bersabarlah dalam menimba
ilmu, hormati terus guru! Meski sekarang sedang berlangsung BDR, namun keenam
syarat tersebut hendaknya bisa dilaksanakan dengan baik dan istikomah, Insya
Allah, sukses dunia akherat.
Bojongmangu, 22 Agustus 2020


0 Komentar