NHernika

6/recent/ticker-posts

Téh NH Ngeblog

Téh NH Ngeblog (Diajar Nyerat, Nyaliksik Diri, Ngéjah Badan)

NURUNKEUN, TRADISI MENGINJAKKAN KAKI BAYI KE TANAH

 NURUNKEUN



Oleh : Nenden Hernika


Di Bojongmangu, ada suatu acara dimana seorang perempuan melahirkan, maka satu minggu kemudian dilaksanakan acara NURUNKEUN, yaitu semacam hajat tanda syukur telah lahir si jabang bayi dengan selamat. Biasanya dalam acara nurunkeun tersebut, banyak kerabat, tetangga dan saudara yang datang sambal membawa beras (seperti kondangan). Selain beras, ada juga yang sambil membawa kue seperti opak, gorengan, rangginang, ranggining, kacang asin, dan sebagainya. Mereka yang datang tersebut diberi makan yang sudah disiapkan (parasmanan), lauknya tergantung kemampuan yang punya hajat ada ayam ada juga telur atau pindang. Selain makan, tamu yang datang juga disuguhi kue-kue seperti apem, papais, dan makanan ringan lainnya (hasil bawaan yang datang suka disuguhkan kembali buat tamu).


Ada makanan ciri khas saat nurunkeun yaitu “SAMBAL SERÉH”. Sambal seréh terbuat dari seréh, kunyit, kencur, cabé, bawang merah, sedikit terasi, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, daun kahitutan, daun kihanyir, asem, gula merah, garam. Semua bahan ditumbuk, setelah halus kemudian disuguhkan, dimakannya dengan cara dicocol dengan ketupat atau lepet. Biasaya sambal seréh ini menjadi makanan yang wajib dibuat saat nurunkeun. Para tamu yang datang pasti disuguhi sambal seréh. Jika tidak, suka ada yang menanyakan, “mana sambel séréhna?” yang punya hajat sampai harus membuat beberapa kali sambal seréh untuk disuguhkan kepada tamu.


Keesokan harinya, prosesi nurunkeun dilaksanakan. Biasanya prosesi nurunkeun ini dilaksanakan oleh Ma Paraji, bayi digendong menggunakan kain baru dibawa keluar keliling rumah (pilosofinya anak harus berani keliling dunia), kemudian kaki anak disentuhkan ke tanah, setelah itu ada acara “tawur” yaitu melemparkan uang recehan yang disatukan dengan beras dan kunyit, yang kemudian dipungut oleh anak-anak tetangga yang sudah kumpul. Usai tawur, bayi kemudian diayun menggunakan tiga lapis kain dan di atasnya ada gantungan seperti bunga, cabe, sirih, uang, roko.


Setelah itu, baru ada acara beberesih, dimana ibu yang melahirkan mencuci tangan ma Paraji, sebagai ungkapan maaf dan terimakasih karena sudah membantu melahirkan serta merawat bayi dan ibu karena ma paraji biasanya suka datang menengok perkembangan kesehatan bayi dan ibu. Pulangnya, Ma Paraji biasanya diberi bekal selain uang, juga diberi beras, nasi berikut bakakak dan sayur daging, tak ketinggalan bumbu-bumbu dapur mulai dari garam, kopi, gula, minyak sayur, kelapa, pokonya kumplit dimasukkan ke baskom yang dibungkus kain putih, dibawa oleh bapak dari bayi diantarkan sampai rumah Ma Paraji. 


Saat ini peran membantu melahiran sudah banyak dilakukan oleh bidan, tapi prosesi Nurunkeun masih tetap dilaksanakan oleh Ma Paraji karena umumnya melahirkan suka dobel baik bidan maupun paraji. 


Bojongmangu, 25 Agustus 2020

Posting Komentar

0 Komentar