SOAL LATIHAN ANBK,
ADA KUNCI JAWABAN?
Nenden Hernika
Dua hari ini, (1 dan 2 Nopember
2021) saya ditugaskan oleh kepala sekolah untuk menjadi pengawas pada kegiatan
simulasi ANBK saat jadwal sekolah saya. Kegiatan simulasi dilaksanakan menumpang
di SMP, mengingat sekolah kami tidak memiliki sarana yang memadai guna
terpenuhinya kegiatan tersebut. ANBK adalah Asesmen Nasional Berbasis Komputer,
dimana kegiatan ini merupakan program evaluasi yang diselenggarakan oleh
kemendikbud untuk meningkatkan mutu
pendidikan, dengan memotret infut, proses dan output pembelajaran di seluruh
satuan pendidikan. ANBK itu sendiri baru dilaksanakan tahun sekarang, dengan
sasaran 30 siswa kelas 5 SD, 45 siswa kelas 8 SMP, dan 45 siswa kelas 11 SMA, yang
dipilih secara acak berdasarkan data di dapodik.
Awalnya saya selaku guru kelas
lima sangat khawatir pada kemampuan anak didik saya yang memang orang kampung, seratus
persen di rumah tidak ada yang memiliki laptop apalagi komputer. Mampukah mereka
mengerjakan asesmen, sedang beberapa kali berusaha latihan, selalu terkendala
sinyal. Anak-anak kami jangankan mengoperasikan komputer, untuk memegang mouse
mengarahkan krusor saja mereka gemetar, “ucas-acos”, sulit untuk menemukan yang
dituju. Solusi yang diberikan pada mereka adalah saya beberapa kali memberi
kesempatan agar anak mencoba “memegang” laptop yang saya miliki, agar mereka
tidak terlalu asing pada benda tersebut. Hasilnya, Alhamdulillah, anak-anak ada
kemajuan, paling tidak mereka tidak lagi terlalu kaku ketika memegang mouse, meski
untuk mengetik masih banyak yang harus mencari dulu dimana huruf-huruf atau
angka berada.
Dan, ketika hari pertama
anak-anak simulasi mengerjakan ANBK, Alhamdulillah dengan bimbingan proktor dan
teknisi, mereka semua lancar untuk login, lalu mulailah mereka mengerjakan
soal. Disinilah yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini. Beberapa saat ketika
anak-anak mulai mengerjakan soal, ada seorang anak yang mengacungkan tangan.
Segera saya hampiri. Dia bertanya,”Bu, ieu kumaha? Gambarna Udin jeung Siti,
tapi soalna aku ….,” tanyanya. Saya pun melihat soal tersebut, dan ternyata
benar. Stimulus dari soal adalah gambar Siti dan udin yang sedang mengamen, bacaannya
pun menggambarkan tentang Siti dan Udin. Namun, soalnya adalah menjodohkan yang
sama sekali tidak ada hubungannya dengan stimulus. Waduh? Apa yang harus saya
jawab menghadapi ini? Akhirnya saya memerintahkan “kumaha wéh lah, keun latihan
ieuh!”. Padahal dalam hati saya
tercenung, bukankah ini soal dari pumenjar? Kenapa soal seperti ini bisa lolos?
Meskipun hanya latihan, bukankah lebih bagus jika tidak menyodorkan soal yang
membingungkan anak?
Hari kedua, anak-anak sudah mulai
lancar saat login, lalu kembali mengerjakan soal, yang ternyata soalnya tidak
terlalu berbeda dengan soal di hari pertama. Dan, yang membuat saya geli,
ternyata sebagian soal ada tertera kunci jawaban di bawahnya, sehingga usai
ANBK, sebagian anak-anak membicarakan,”Éh, aya konci jawabanna ogé, ngeunaheun!”
katanya. (Eh, ada kunci jawabannya lhoo, enak!)
Entahlah, apakah ini sebuah
kesengajaan karena hanya simulasi, atau lagi-lagi tidak lolos dari pemeriksaan.
Yang jelas, inilah sebagian cerita kami sebagai pelaksana kegiatan ANBK, semoga
ketika kegiatan ANBK nanti, tidak lagi ada kejadian seperti itu, agar tujuan
ANBK yang diantaranya untuk mengetahui hasil belajar literasi, numerasi dan
mengukur sikap siswa serta mengukur kualitas hasil belajar bisa benar-benar terlaksana.
Bojongmangu, 2 Nopember 2021
0 Komentar