Selanjutnya, pasilitator
memberikan materi tentang Sistem Perlindungan Anak. Perlindungan anak adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisifasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Kembali ibu pasilitator
memberikan ruang tanya jawab, dan antusias peserta sangat luar biasa, terbukti
dengan banyaknya pertanyaan termasuk menyampaikan curah pendapat. Salah satu
pertanyaan adalah dari Pak Arman Sukarna, S.Pd, beliau adalah ketua PGRI
Bojongmangu, yang menanyakan apakah transgender termasuk kekerasan? Karena ada
diantara wali murid yang menyembunyikan jenis kelamin anaknya, yang aslinya
laki-laki namun diakui sebagai perempuan. Jawaban ibu fasilitator adalah hal
tersebut termasuk kekerasan, karena memaksakan kehendak. Bagaimanapun anak
memiliki hak untuk
Pertanyaan Pak Juhanda, S.Pd, beliau
pernah mendengar istilah anak angkat dan anak asuh, apa perbedaannya? Anak
angkat adalah anak adopsi, harus ada surat-surat resmi, disetujui oleh dinas
social, tanpa mengubah identitas, karena tidak boleh memutus hubungan biologis
orangtua asli, sedangkan anak asuh adalah anak yang dibiayai sekolahnya, tanpa
ada ikatan hukum apapun, tanpa harus ada surat-surat resmi.
Pak Amin, S.Pd menanyakan
keterkaitan dengan kasus hukum yang menimpa anak, karena banyak masyarakat yang
menganggap bahwa anak adalah hak dia, mau diapakan juga adalah hak orang tua,
apa yang harus kita lakukan? Jawabannya adalah tugas-tugas peserta diharapkan
jadi penyebar virus pelindung anak, beri pengertian pada semua pihak, jika
terjadi kekerasan di rumah tangga, maka semua pihak wajib melindungi.
Sebelum waktu istirahat, panitia
membagi balon dan tusuk gigi, lalu ada perintah supaya peserta melindungi balon
dari predator, mengingat di sekeliling kita ada banyak predator. Selanjutnya,
terjadilah saling memecahkan balon. Dalam waktu sekian menit, banyak peserta
yang balonnya pecah, ada juga yang tidak pecah. Ibu fasilitator mengajukan
pertanyaan kepada peserta yang balonnya pecah, kenapa balonnya pecah dan
bagaimana menjaga balon agar tidak pecah kepada peserta yang mampu menjaga
balon hingga tidak pecah. Ada yang menyembunyikan di kolong meja, ada yang focus
menjaga dengan baik, ada yang menyembunyikan ke dalam baju (Ko bisa yaa, balon
masuk baju? Hihi… mantap!)
Usai istirahat, kegiatan kembali
dimulai dengan acara menarik. Ibu fasilitator mengajak peserta untuk berdiskusi
tentang bentuk kekerasan dari segi fisik, eksploitasi ekonomi, kekerasan fsikis,
penelantaran anak dan eksploitasi seksual. Dari kelima bentuk kekerasan
tersebut, peserta diminta mengidentifikasi ciri-ciri, siapa pelaku, tempat
kejadian dan bagaimana pencegahannya. Peserta berdiskusi di kelompoknya
masing-masing, memberi kesempatan pada kelompok lain untuk menambahkan, lalu
mempresentasikannya.
Materi selanjutnya adalah Sitem
Perlindungan Anak, bagaimana perkembangaan pendekatan dalam pembangunan
perlindungan anak. Ada pendekatan berbasis isu, yaitu penanganan perlindungan
anak yang didasarkan pada isu-isu yang muncul seperti pekerja anak, anak yang
diperdagangkan, anak jalanan, anak yang dilacurkan, anak terlantar. Sementara
itu, komponen utama dari system perlindungan anak termasuk hokum dan kebijakan,
sumber daya manusia, keuangan, tata kelola dan sarana pengumpulan data.
Materi Sistem Peradilan Pidana
Anak, dimana ibu fasilitator kembali mengajak berdiskusi tentang beberapa kasus
kekerasan yang menimpa anak, dan bagaimana prosedur pengadilannya, dilanjut
dengan materi tentang layanan rujukan, dimana hendaknya di setiap kecamatan ada
UPTD PPPA, sebagai penyedia layanan penanganankorban kekerasan perempuan dan
anak sesuai amanat Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah,
ada unit PPA, pusat pembelajaran keluarga (PUSPAGA), dan PATBM ( Perlindungan
Anak terpadu Berbasis Masyarakat)
Ketika semua materi tersampaikan
dengan cara yang memukau dan menyenangkan, tak terasa waktu hampir menunjukkan
pukul 17.00. Acara pun selesai, namun ternyata ada kejutan yang disampaikan
oleh panitia, yaitu pemberian bingkisan kepada kelompok terbaik dan peserta
terbaik. Kelompok terbaik pertama diraih oleh kelompok 3 yang menamakan dirinya
kelompok ABAH (Anak Bojongmangu Anak Hebat), terbaik kedua kelompok 1, dan
terbaik ketiga diraih oleh kelompok 2. Untuk peserta terbaik diraih oleh Bapak
Amin, Bapak Juhanda, Bapak Acim, Bapak Iwan dan Pak Endas. Tak lupa, panitia
juga memberikan penghargaan kepada peserta termuda, yaitu Neng Yuli dari forum
anak.
Terakhir, panitia memberikan
kesempatan kepada perwakilan peserta untuk memberikan kesan dan pesan yang disampaikan
oleh Pak Saim Setiabudi dan Ibu Siti Aisyah Ratna Furi, dimana dalam kesempatan
tersebut mengucapkan banyak terimakasih kepada GNI, atas pelatihan yang sangat
berharga, memberi kesadaran pada semua orang tua bagaimana memperlakukan anak, semoga
tak hanya guru yang disalahkan, tapi semua pihak juga harus ikut menjaga
anak-anak dengan sebaik mungkin. Sungguh, sebuah pelatihan yang luar biasa dan
penuh makna.
#NH
0 Komentar