NHernika

6/recent/ticker-posts

Téh NH Ngeblog

Téh NH Ngeblog (Diajar Nyerat, Nyaliksik Diri, Ngéjah Badan)

SETAHUN BERLALU, TATAP MUKA BELUM DIBUKA



Waktu itu, setahun yang lalu atau tepatnya Senin 16 Maret 2020, saya berdiri di hadapan anak-anak, menjadi pembina upacara, sekaligus mengumumkan tentang keharusan mereka untuk belajar di rumah selama 14 hari, setelah sebelumnya ada pengumuman dari dinas tentang keharusan tersebut mengingat kasus positif covid-19 sudah merebak di Indonesia.

Namanya anak-anak, diumumkan belajar di rumah, ada yang girang bertepuk tangan. Sontak saya mengingatkan, bahwa anak-anak janganlah merasa gembira, karena belajar di rumah kali ini, tidak sama dengan belajar di rumah jika ada kegiatan, bahkan tidak sama dengan libur sekolah. Maksud belajar di rumah, adalah untuk menghindari menyebarnya penyakit, untuk mengupayakan agar jangan ada yang kena virus. Untuk itu, dimohon dengan sangat agar anak-anak benar-benar diam di rumah, jangan ke mana-mana, jangan berkeliaran, agar benar-benar belajar di rumah, dan tetap menjaga kesehatan dengan melaksanakan protokol keséhatan. Selanjutnya, anak-anak langsung pulang, tak ada kegiatan belajar mengajar. Sekolah langsung sepi, ibu-ibu pedagang di kantin saling bertanya, sebagian pedagang mengeluh karena belum habis semua dagangan, namun anak-anak sudah pulang. Saya hanya bisa minta maaf, tanpa bermaksud merugikan mereka yang sudah belanja dagangan untuk seminggu kemudian, karena pengumuman itu juga sangat mendadak kami terima.

Tak lama usai anak-anak pulang, saya juga bergegas pulang, karena ternyata anak yang sedang di pesantren juga minta dijemput, katanya semua santri juga disuruh pulang. Meluncurlah kami (saya dan suami) ke Subang, tempat di mana anak saya menimba ilmu. Tahun itu adalah tahun terakhir anak saya sekolah di Aliyah, setelah sebelumnya menempuh pendidikan sejak kelas 1 tsanawiyah di pondok. Kami berkumpul di rumah. Hari-hari dilewati bersama keluarga di rumah, tanpa bepergian ke manapun, kecuali untuk hal yang sangat penting.

Hari terlewati, minggu berlalu. Setelah 14 hari, ternyata ada pengumuman bahwa belajar di rumah diperpanjang, mengingat kasus covid bukannya menghilang, tapi malah bertambah. Dan perpanjangan belajar di rumah itu berulang kali dilakukan, hingga anak-anak yang duduk di kelas akhir terpaksa tidak ada ujian, tidak ada UN, dan tidak ada selebrasi kelulusan. Selanjutnya, kami guru-guru harus melakukan pembelajaran dari jarak jauh, anak-anak harus belajar dari rumah sampai sekarang.

Kini, setahun sudah waktu berlalu. Begitu banyak hal yang terjadi. Keluhan anak-anak yang bosan belajar di rumah, pusingnya orang tua memberikan pembelajaran, rindu murid pada guru, kangen guru pada siswa, semua dirasakan. Dan setelah setahun menunggu, kami harus terus menahan sabar, mengingat sampai saat ini masih belum diperkenankan tatap muka, karena ternyata, corona masih belum beranjak.

Ach, Tuhan …

sampai kapankah kami harus begini?

Rindu ini demikian menggebu

Kangen ini semakin membuncah

Meski ada PJJ yang memberi ruang pada kami untuk bisa tatap maya,

Namun rindu untuk bertemu, tetap menghantui.

Tuhan, enyahkanlah segera korona dari muka bumi

Agar kami bisa secepatnya bertemu

Bersama semua anak didik yang kucinta

Aamiin.

 

Bekasi, 16 Maret 2021

#NH


 











Posting Komentar

0 Komentar